KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur
saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan taufik dan
hidayah-Nya sehingga saya sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “ Masyarakat dan Krisis Energi “ ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini disusun untuk
memenuhi penilaian tugas dalam mata kuliah Ilmu Sosial Budaya di bidang
Softskill dengan judul “ Masyarakat dan Krisis Energi “.
Makalah ini ditunjang dengan adanya pembahasan dan studi kasus, yang bertujuan
untuk memperlengkap pemahaman makalah sesuai dengan tema. Semua terjabarkan
secara lengkap dan tidak meniggalkan aspek lingkungan sekitar yang berhubungan
dengan makalah yang telah disusun.
Akhirnya kami berharap
makalah ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi peningkatan
pembelajaran dan penambahan ilmu pengetahuan untuk mahasiswa yang lain. Penulisan makalah ini tidak sepenuhnya
sempurna, maka dari itu penulis sangat
memerlukan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakan isi
makalah.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga
penulisan laporan ini berguna bagi para pembaca dan khususnya penulis sendiri.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi erat kaitannya dengan alam dan teknologi. Dari alamiah energi
dihasilkan dan degan teknologi energi akan dapat digunakan secara optimal. Saat
ini kebutuhan eergi sangat meningkat, hal ini di pengaruhi adanya peningkatan
pertambahan penduduk dan aktivitas manusia. Kesetidakseimbangan permintaan dan
penawaran pertambahan penduduk dan pesatnya industrialisasi dunia,
mengakibatkan tersedotnya cadangan energi, khususnya energi fosil yang
merupakan sumber energi utama dunia.
Banyak negara di dunia yang sudah mulai sadar dan
khawatir akan krisis energi yang mengerikan ini. Kelangkaan
bahan bakar minyak yang terjadi belakangan ini telah memberikan dampak yang
sangat luas diberbagai sektor kehidupan. Seluruh dunia saat ini mengalami
krisis energi. Menurut hasil penelitian, benua pertama yang kehabisan produksi
minyak yaitu benua Eropa dan Amerika, disusul Asia dan Afrika (terakhir Timur
Tengah). Usaha-usaha yang dilakukan para ahli energi dan lembaga-lembaga
penelitian energi terbaharui (“renewable energy”) diprediksi tidak akan mampu
mengimbangi kekurangan kebutuhan energi yang bakal terjadi. Sehingga tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh kecuali dua hal utama
yaitu gerakan penghematan energi dan program penemuan sumber energi baru. Dua
program besar inilah saat ini menjadi perhatian besar bagi beberapa Negara maju
seperto Jepang, Amerika, Jerman, dan lain-lain. Krisis energi ini juga dialami
oada negara Indonesia. Banyaknya pendudukan Indonesia yang memanfaatkan BBM
baik untuk kebutuhan pribadi maupun industri penduduk Indonesia yang
memanfaatkan BBM baik kebutuhan pribadi maupun industri. Sehingga terjadinya
kelangkaan dan meningkatnya harga BBM di Indonesia.
Mengapa krisis energi ini bisa terjadi? Salah satu penyebabnya adalah terlalu
besarnya ketergantungan penyediaan energi Indonesia pada bahan bakar minyak.
Saat ini, sebagian besar sumber energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal
dari energi fosil, seperti minyak bumi dan batu bara. Sedangkan bila dilihat
dari sisi supply, sumur-sumur minyak yang ada di
Indonesia sudah sangat tua dan tidak layak lagi untuk dioperasikan. Ditambah
lagi dengan semakin berkurangnya kegiatan eksplorasi menyebabkan semakin
berkurangnya produksi minyak
Indonesia. Penurunan kapasitas produksi ini sebenarnya sudah dimulai sejak
tahun 1995, dengan penurunan tercepat terjadi sekitar tahun 2002.
Melihat permasalahan krisis energi itu, harus ada
penanganan yang lebih terarah agar krisis energi yang terjadi tidak semakin
parah, karena ketika sumber energi tidak dapat diperoleh lagi maka banyak
proyek-proyek industri, kegiatan pendidikan, sosial dan lain sebagainya yang
akan terhambat.
BAB II
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud dengan energi?
2.
Bagaimana hubungan manusia
dengan energi?
3.
Apa yang dimaksud dengan
Krisis Energi?
4.
Mengapa energi itu
penting?
5.
Jika Energi itu Kekal, mengapa ada Krisis?
6.
Sebenarnya krisis energi itu salah siapa?
7.
Apa saja dampak krisis
energi?
8.
Bagaimana kondisi energi
di Indonesia?
9.
Bagaimana situasi energi
di Indonesia?
10.
Apa potensi sumber energi terbaru di alam Indonesia ?
11. Sumber energi apa yang berpotensi menggantikan peran minyak bumi?
12.
Bagaimana bisa Bahan Bakar Nabati bisa di gunakan
mengatasi Krisis Energi?
13.
Bagaimana bentuk pemborosan energi yang
terjadi?
14. Bagaimana solusi menanggulangi krisis energi?
15. Apa saja faktor penghambat dalam upaya mengatasi krisis energi?
16.
Bagaimana sikap manusia saat ini dalam
penggunaan energi?
17.
Bagaimana tanggapan manusia terhadap
energi saat ini?
18.
Apa saja sikap manusia yang seharusnya
dilakukan?
19.
Bagaimana konsekuensi hemat energi?
20.
Bagaimana kondisi masa depan terhadap
dampak krisis energi?
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Energi
Kata energi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon
yang berarti kerja. Jadi, energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja atau
usaha. Energi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan di alam
ini, terutama bagi kehidupan manusia, karena segala sesuatu yang kita lakukan
memerlukan energi.
Energi di alam ini tersedia dalam berbagai bentuk, misalnya energi kimia, energi listrik, energi kalor, dan energi cahaya. Energi akan bermanfaat jika terjadi perubahan bentuk dari suatu bentuk energi ke bentuk lain. Sebagai contoh, setrika listrik akan bermanfaat jika terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kalor.
Energi di alam ini tersedia dalam berbagai bentuk, misalnya energi kimia, energi listrik, energi kalor, dan energi cahaya. Energi akan bermanfaat jika terjadi perubahan bentuk dari suatu bentuk energi ke bentuk lain. Sebagai contoh, setrika listrik akan bermanfaat jika terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kalor.
B. HUBUNGAN MANUSIA DAN ENERGI
Terdapat hubungan yang erat antara manusia dengan energi. Manusia
sampai dengan revolusi industri hanya menggunakan sebagian kecil energi yang
ada di alam yang disebut energi terbarukan (renewable
energy). Sejak revolusi industri, dimungkinkan pemakaian energi dalam
jumlah besar yang berasal dari batubara. Memasuki abad 20 pemakaian energi
minyak bumi semakin meluas, dan akhir-akhir ini gas alam dan tenaga nuklir
telah dimanfaatkan untuk menopang kebutuhan energi dalam jumlah besar. Masa
setelah revolusi industri dapat disebut sebagai era penggunaan energi atau bahan
bakar fosil seperti gas alam, minyak bumi dan batubara dalam jumlah besar, yang
sampai saat inipun masih berlanjut.
Meningkatnya aktivitas manusia dan besarnya tuntutan untuk
mendapatkan kepraktisan dan kenyamanan hidup manusia, berakibat pada meningkatnya
konsumsi energi. Dengan alasan itulah sampai saat ini, permasalahan kebutuhan
energi menjadi alasan bangsa-bangsa di dunia untuk berperang. Di sisi lain, ada
gerakan untuk meninjau kembali hubungan antara manusia dengan energi, karena muncul kekhawatiran akan terjadi kerusakan lingkungan bumi akibat
konsumsi energi dalam skala besar. Di abad 22 diperkirakan akan terjadi
kelangkaan bahan bakar fosil, karena itu perlu dilakukan usaha pengembangan
energi untuk menggantikan bahan bakar tersebut.
Agar dapat hidup di ruang bumi yang terbatas, manusia
dituntut untuk dapat mengembangkan secara seimbang antara ekonomi, energi dan
lingkungan.
C.
PENGERTIAN KRISIS ENERGI
Krisis
energi adalah kekurangan (atau
peningkatan harga) dalam persediaan
sumber daya energy ke
ekonomi . Krisis ini biasanya menunjuk
kekurangan minyak bumi , listrik
, atau sumber daya alam lainnya.
Indonesia merupakan negeri
yang kaya akan sumber daya alam
(energi) yang melimpah dan beraneka
ragam jenisnya, baik yang terkandung
di dalam laut maupun perut
bumi Indonesia. Namun, kekayaan
alam tersebut tidak dikelola
dengan bijak dan terpadu. Sehingga
kekayaan alam ini tidak bisa
dinikmati secara murah/gratis oleh
rakyatnya yang sebagian besar miskin.
Munculnya
kelangkaan serta tiadanya
jaminan ketersediaan pasokan
minyak dan gas (Migas) di negeri
sendiri, merupakan kenyataan paradoks
dari sebuah negeri yang kaya
sumber energi. Hal ini antara lain
disebabkan tingginya ketimpangan
antara produksi dan konsumsi
energi nasional. Berdasarkan
laporan Kementrian ESDM
tahun 2009, rata-rata produksi minyak
bumi dan kondensat sebesar 963.269
barel per hari (bph). Sedangkan
laporan BP Migas, produksi
minyak secara nasional pada
tahun 2010 hanya naik pada kisaran
965.000 bph. Artinya terdapat
angka kenaikan hanya 1.731
bph. Sementara kebutuhan konsumsi
energi nasional sekitar 1.400.000
bph. Artinya terdapat selisih
cukup tajam antara tingkat produksi
yang ideal dengan kebutuhan.
Selain itu, pesatnya pembangunan
di bidang teknologi, industri,
dan informasi memicu peningkatan
kebutuhan masyarakat akan
energi.
JIKA ENERGI ITU KEKAL, MENGAPA TERJADI
KRISIS ?
Dalam memahami krisis energi, umumnya orang awam menganggap
ia adalah sebuah situasi di mana energi akan habis dalam beberapa tahun kedepan. Mulai
dari pangan, migas, mineral, hingga ketersediaan air bersih. Hal ini disebabkan
energi-energi tersebut telah habis dieksploitasi. Oleh karenanya dianjurkan
untuk segera mencari sumber energi baru atau menemukan energi alternatif.
Perngertian barusan sebenarnya sudah bagus, hanya saja
barangkali belum sepenuhnya tepat. Ada beberapa hal yang mungkin harus
dikoreksi. Pertama, di
dalam ilmu Fisika kita mengenal hukum Joule yang menyatakan bahwa energi itu
bersifat kekal, ia tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, ia hanya
dapat berubah. Ada dua jenis perubahan energi, yaitu perubahan fisikawi (energi
hanya berubah wujud, namun tidak menghasilkan zat kimia baru. Misalkan dari
kayu menjadi meja) dan perubahan kimiawi (energi berubah wujud sekaligus
menghasilkan zat kimia baru. Misalkan dari premium kemudian menjadi gerak mobil
dan asap knalpot). Seluruh kesatuan kosmos adalah energi, bahkan manusia
sendiri juga bagian darinya (manusia terdiri dari zat protein, air, mineral,dan
lain lain). Ketika manusia mati, energi-energi ini akan terurai dan kemudian
kembali melekat pada energi-energi di dekatnya. Ini sekaligus meruntuhkan
paradigma yang selama ini ada di Indonesia, bahwa ada energi yang tidak dapat
diperbaharui. Semua energi sebenarnya bisa diperbarui. Namun ada yang waktunya
lama dan ada yang sebentar.
Jika energi bersifat kekal, maka tidak tepat jika dikatakan
ia bisa habis. Lalu jika energi tidak dapat habis, mengapa ada krisis? Krisis
energi memang ada, namun berdasarkan pemahaman di atas, pengertian yang paling
tepat untuk krisis energi sebenarnya adalah sebuah situasi di mana hilangnya
keseimbangan antara alam dan manusia (disharmoni kosmos). Banyak pengamat dan
ilmuwan yang memahami krisis energi seperti ini, namun masyarakat umum masih
banyak yang tidak memahaminya dengan tepat.
Pada akhir abad 18, seorang ilmuwan bernama Thomas Malthus
telah menyadari gejala ini. Dalam esainya yang berjudul “An Essay on the Principle of
Population”, secara umum Malthus menjelaskan bagaimana terjadinya
ledakan jumlah penduduk dunia yang tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan
jumlah ketersediaan pangan. Singkat kata, inilah kemudian yang menyebabkan
terjadinya krisis energi. Untuk menyelesaikannya, ia menyarankan dua solusi yaitu Preventive Check dan Positive Check.
Preventive Check adalah mewujudkan kembali keseimbangan kosmos dengan cara mengurangi tingkat kelahiran (di
Indonesia sudut pandang ini tercermin dalam program KB, Keluarga Berncana).
Sedangkan Positive Check adalah solusi dengan cara
meningkatkan angka kematian. Malthus terlihat lebih sepakat dengan solusi
kedua. Pada zaman itu statistik menunjukkan bahwa angka kelahiran di negara
maju jauh lebih kecil daripada negara terbelakang. Malthus lalu buru-buru
menyimpulkan bahwa kemiskinan lah yang menyebabkan tingginya angka
kelahiran, dan kemudian ia menganggap bahwa tragedi kelaparan adalah sesuatu
yang secara natural harus terjadi. Ia menentang peran pemerintah dalam
menyelesaikan permasalahan ini demi berlangsungnya proses Positive Check.
Metode analisa Malthus sebenarnya sudah tepat. Ia mencoba
melihat dan menyelesaikan persoalan ini dengan memisahkan subjek dan objek
(manusia dan alam), dan kemudian menitikberatkan persoalan kepada manusia
-karena alam memang cenderung pasif-. Kesalahan Malthus adalah ia terlalu
buru-buru menyimpulkan bahwa tragedi kelaparan secara natural harus terjadi. Ia
tidak beripikir bahwa sebenarnya di dunia ini ada sebagian manusia yang
mengeksploitasi dan mengkonsumsi energi secara boros dan berlebihan. Kala itu,
kapitalisme tengah memulai proyek besarnya melalui Revolusi Industri, yang
kemudian melahirkan ketimpangan kekayaan.
KRISIS ENERGI, SALAH SIAPA?
“Tanpa energi tanpa kehidupan”. Kutipan ini adalah hukum alam yang dibuat oleh Tuhan yang
bersifat azali. Sebagai manusia, kita hanya berjalan atas kehendak dan
pengaturan-Nya, termasuk dalam pemenuhan energi. Keadaan dunia yang telah
mengalami krisis energi akibat keserakahan dan konspirasi menjadi salah satu
dampaknya atas pengaturan Tuhan Yang Maha Esa. Kemiskinan,
kriminalitas, perang, dan sebagainya merajalela akibat dari sebaran dampak
kesalahan manusia yang tidak memahami takdir azali.
Dari rentetan dekade
peralihan energi, sebagian banyak masyarakat dunia hanya berkoar mencari alternatif
sumber baru untuk pemenuhan kebutuhan. Sadarkah kita bahwa alam dibuat Tuhan untuk manusia sebagai khalifah? Satu hal yang kita
lupakan adalah alam hidup berdampingan dengan kita. Lingkaran hubungan manusia,
alam, dan Tuhan perlu disadari oleh kita agar kita bertindak sesuai aturan
Tuhan. Dengan alam, kita boleh mengeksploitasinya untuk kemaslahatan dunia
dengan perlakuan yang benar, seperti tidak boros mengonsumsi alam, menjaga
kondisi lingkungan, dan sebagainya. Dengan Tuhan, selalu ingat dengan-Nya dan
tetap dijalur yang telah ditetapkan.
D.
DAMPAK KRISIS ENERGI
Dampak yang ditimbulkan dari krisis energi ini sudah
mulai terasa di kalangan masyarakat. Khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah. Krisis bahan bakar berbasis
fosil ini telah berdampak pada melonjaknya harga bahan bakar. Tidak berhenti di
situ saja. Akibat melonjaknya harga bahan bakar dengan berbagai macam produk
turunannaya harga sembako ikut melambung. Akhirnya beban masyarakat semakin
berat. Nasib masyarakatpun semakin menderita. Krisis Energi BBM sangat meresahkan
masyarakat. Krisis Energi ini
menimbulkan kelangkaan dan naiknya
harga BBM.
Dampak dari
krisis BBM dapat dirasakan disegala
sektor. Salah satu masalah terbesar
yang muncul dari dinaikkannya harga
BBM adalah kekhawatiran akan
terhambatnya pertumbuhan ekonomi
karena dampak kenaikan harga barang
dan jasa yang terjadi akibat komponen biaya yang naik. Dampak-dampak yang ditimbulkan dari krisis energy BBM saling berkesinambungan. Krisis energi ini mengakibatkan kenaikan harga BBM yang sangat menekan kesejahteraan buruh. Sebab kenaikan BBM sebesar 35% itu tidak hanya meningkatkan beban ongkos transportasi tetapi juga
biaya kebutuhan makanan pokok dan
biaya sewa rumah. Adanya kenaikan BBM
bukan hanya ongkos transportasi yang naik,
tetapi juga biaya rumah dan sembako
juga otomatis naik. Daya beli buruh
akan semakin turun.
Dampak kenaikan BBM lebih besar adalah saat industri mengalami gulung tikar atau kolaps sebagai akibat penurunan daya beli masyarakat dan bertambahnya biaya produksi. Terjadi peningkatan jumlah pengangguran nasional, akibat maraknya pabrik-pabrik dan perusahaan yang memutuskan hubungan kerja para karyawannya. Otomatis jumlah orang miskin semakin membengkak. Akibatnya
kesempatan berinvestasi dalam bentuk
infrastruktur dan pembangunan nonfisik,
termasuk kesehatan dan pendidikan, menjadi
lebih sedikit. Tidak hanya berakibat
pada sisi ekonomi tetapi lebih dari
itu dampak social akan merejalela.
Rakyat yang sudah miskin akan
dimiskinkan dengan ketidakmampuan mereka
mencari nafkah hidup. Harga-harga barang
akan mengikuti kenaikan harga BBM.
Kebutuhan rumah tangga akan menanjak mengikuti harga penunjang transportasi. Semua barang, kebutuhan harian, sayur mayur, buah, dan komoditi pertanian juga akan naik. Hasil-hasil kerajinan
masyarakat juga tidak lepas dari itu
karena bahan dasar pasti akan naik.
Belum lagi kaum petani akan menjerit
karena kenaikan pupuk dan obat- obatan.
Selain itu kenaikan BBM akan memicu
bidang-bidang lain untuk menaikkan biaya.
Pendidikan misalnya, karena beban operasional
yang tinggi mungkin juga akan menggenjot
biaya agak tinggi. Itu semua karena
para guru, terutama guru swasta juda sebagai
korban kenaikan BBM itu.
E.
KONDISI CADANGAN ENERGI DAN SITUASI ENERGI DI INDONESIA
Krisis
energi yang terjadi di dunia juga terjadi di Indonesia. Cadangan energi di
indonesia terutama energi fosil (minyak bumi, batubara) semakin hari semakin
menyusut. Hal ini juga diperparah dengan pemborosan dalam penggunaan energi
fosil. Penduduk yang semakin meningkat juga menyebabkan ketersediaan akan
energi fosil semakin berkurang karena konsumsi energi per kapita akan
meningkat.
Pada
akhirnya produksi minyak akan lebih rendah jika dibandingkan dengan
konsumsinya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya krisis energi. Pemanasan
global saat ini telah menjadi isu dunia dimana penyebabnya adalah semakin
banyaknya kandungan CO2 di udara. Hal ini tidak lain disebabkan
oleh penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan dan tanpa kendali. Untuk
mengurangi emisi gas CO2 bisa dengan cara membatasi penggunaan
energi fosil.
Berdasarkan
Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE) dari Departemen Pertambangan dan
Energi, sifat dari minyak bumi dan gas alam yang tidak terbarukan (non
renewable) serta cadangan di dalam bumi kita diperkirakan akan menurun,
oleh karena itu pemerintah terus berusaha menggalakkan usaha-usaha penghematan
energi dan pengembangan sumber energi alternatif.
F. POTENSI SUMBER ENERGI TERBARUKAN DI ALAM INDONESIA
Indonesia mempunyai potensi sumber energi terbarukan yang sangat
besar untuk dikembangkan sebagai sumber energi alternatif pengganti energi
fosil yang produksinya telah menurun. Sumber energi terbarukan yang dapat
dikembangkan antara lain adalah surya, angin, air, laut, dan biomassa. Namun
pada kenyataanya pemanfaatan sumber-sumber energi tersebut masih belum
maksimal. Sosialisasi yang kurang dan penggunaan teknologi cukup rumit
menyebabkan sumber-sumber energi terbarukan belum dapat digunakan secara
maksimal. Peta sebaran
sumber energi yang ada di Indonesia dapat dilihat pada http://re.djlpe.esdm.go.id/re/.
Pemanfaatan energi terbarukan sebagai sumber energi
baru yang terbarukan sangat tergantung dari teknologi dan cara konversinya.
Cara konversi yang berbeda akan mempengaruhi jenis energi yang akan dihasilkan.
Untuk menghasilkan suatu energi yang bisa digunakan tidak harus menggunakan
teknologi yang rumit.
Pada
umumnya sumber-sumber energi terbarukan tersedia di berbagai lokasi,
sehingga cukup baik untuk dimanfaatkan pada daerah-daerah yang masih sulit
terjangkau oleh pasokan energi konvensional. Akan tetapi ketersediaanya
tidak kontinyu terhadap waktu sehingga perlu dilakukan penyimpanan energi atau
kombinasi antara sumber-sumber energi tersebut. Selain
itu kebutuhan luas lahan untuk "memanen" energi terbarukan
relatif luas per satuan jumlah energi yang dapat diekstrak. Namun
demikian, untuk kebutuhan yang tidak terlalu tinggi energi terbarukan tetap
sangat berpotensi untuk dimanfaatkan. Polusi yang dihasilkannya pun
relatif rendah dibandingkan dengan sumber yang tak terbarukan. Bahkan
sumber energi terbarukan merupakan sumber energi masa depan.
Berdasarkan kebijakan Amerika Serikat
tentang sumber energi, ada 8 sumber energi alternatif yang berpotensi
untuk menggantikan peran
minyak bumi, sebagai berikut :
1.
Etanol
Etanol
disebut juga etil alkohol,
alkohol murni, alcohol absolut,
atau alkohol saja, adalah sejenis
cairan yang mudah menguap,
mudah terbakar, tak berwarna,
dan merupakan alkohol yang
paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Bahan bakar ini dapat dicampur dengan bensin untuk meningkatkan kadar oktan dan kualitas emisi. Namun, ethanol memiliki dampak negative terhadap harga pangan dan ketersediannya.
2.
Gas Alam
Gas
alam sering juga disebut sebagai
gas Bumi atau gas rawa, adalah
bahan bakar fosil berbentuk
gas yang terutama terdiri
dari metana (CH 4 ). Gas
alam sudah banyak digunakan di berbagai negara yang biasanya untuk bidang properti dan bisnis. Jika digunakan untuk kendaraan, emisi yang dikeluarkan akan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan minyak. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas.
3. Listrik
Listrik
adalah kondisi dari partikel
subatomik tertentu, seperti
elektron dan proton , yang menyebabkan
penarikan dan penolakan gaya
di antaranya. Listrik adalah
sumber energy yang disalurkan
melalui kabel. Listrik dapat digunakan sebagai bahan bakar transportasi, seperti baterai. Tenaga listrik dapat diisi ulang dan disimpan dalam baterai. Bahan bakar ini menghasilkan tenaga tanpa ada pembakaran ataupun polusi, namun sebagian dari sumber tenaga ini masih tercipta dari batu bara dan meninggalkan gas karbon.
4. Hidrogen
Hidrogen
(bahasa Latin : hydrogenium
, dari bahasa Yunani : hydro :
air, genes: membentuk) adalah unsur
kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom 1. Hidrogen dapat dicampur dengan gas alam dan menciptakan bahan bakar untuk kendaraan. Hidrogen juga digunakan pada kendaraan yang menggunakan listrik sebagai bahan bakarnya. Walaupun begitu, harga untuk penggunaan hidrogen masih relatif mahal.
5.
Propana
Propana
adalah senyawa alkana tiga karbon
(C3H8) yang berwujud gas
dalam keadaan normal. Sumber tenaga ini sudah banyak digunakan sebagai bahan bakar. Propana menghasilkan emisi lebih sedikit dibandingkan bensin, namun penciptaan metananya lebih buruk 21 kali lipat.
6.
Biodiesel
Biodiesel
merupakan bahan bakar
yang terdiri dari campuran mono-
alkyl ester dari rantai panjang
asam lemak , yang dipakai
sebagai alternatif bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan
terbuat dari sumber terbaharui
seperti tumbuhan (minyak
sayur ) atau lemak Hewan. Biodiesel mengurangi polusi yang ada, akan tetapi terbatasnya produk dan infrastruktur menjadi masalah pada sumber energi ini.
7.
Methanol
Metanol,
juga dikenal sebagai metil
alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah
senyawa kimia dengan rumus kimia
CH. Ia
digunakan sebagai bahan
pendingin anti beku, pelarut, bahan
bakar dan sebagai bahan additive bagi
etanol industri. Methanol
dapat menjadi energi alternative yang
penting di masa depan karena hidrogen
yang dihasilkan dapat menjadi energi
juga. Namun, sekarang ini produsen
kendaraan tidak lagi menggunakan
methanol sebagai bahan bakar.
8. P-Series
P-series
merupakan gabungan dari
ethanol, gas alam, dan metyhltetrahydrofuran
(MeTHF). P-series sangat efektif dan efisien karena oktan yang terkandung cukup tinggi. Penggunaannya pun sangat mudah jika ingin dicampurkan tanpa ada proses dengan teknologi lain. Akan tetapi, hingga sekarang belum ada produsen kendaraan yang menciptakan kendaraan dengan bahan bakar fleksibel. Bahan bakar alternatif ini beroktan tinggi sehingga sangat efektif dan efisien untuk kendaraan bermotor .
Selain itu di tengah – tengah
bergemingnya masalah krisis energi di tanah air, Bahan Bakar Nabati (BBN) hadir
sebagai sebuah solusi tepat dalam menangani masalah tersebut. Biodiesel,
bioetanol, biogas dan briket yang akhir – akhir ini mulai ditemukan oleh kaum
intelek telah membuka asa dan harapan bagi Indonesia untuk segera bangkit dari
masalah krisis energi. Manfaat dari BBN pun ini ternyata cukup menjanjikan
untuk masa depan Indonesia kelak. Dengan adanya BBN ini, tidak hanya masalah
krisis energi yang teratasi, tetapi juga masalah kemiskinan, keterbatasan bahan
baku SDA yang selanjutnya diolah menjadi bahan bakar, efisiensi pemanfaatan
sumber daya alam yang kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat dengan tujuan
meningkatkan nilai tambah dan mutunya serta manfaat lainnya yaitu dapat
menciptakan generasi penerus yang kristis menghadapi tantangan dunia, kreatif
dan inovatif dalam menemukan penemuan – penemuan baru yang berguna bagi Bangsa
Indonesia di kemudian hari.
Pada
dasarnya, bahan baku utama dari BBN tersebar luas hampir di seluruh wilayah
Indonesia karena ntayanya Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) yang
berlimpah. Dengan demikian, BBN mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah
dibandingkan dengan bahan baku BBM. Biodiesel yang fungsinya dapat menggantikan
solar sebagai bahan bakar kendaraan bermesin diesel seperti truk angkutan berat dapat dibuat dari
tanaman jarak pagar, minyak jelantah yang sudah tidak layak pakai, kelapa, sirsak,
srikaya, kapuk dan alga.
Lain
halnya dengan bioetanol, bahan bakar ini bisanya dicampurkan dengan bahan bakar
bensin untuk meningkatkan bilangan oktan seperti zat aditif Methyl Tertiary
Buthyl Ether (MTBE) dan Tetra Ethyl Lead (TEL) sehingga dapat meningkatkan
efisiensi pembakaran mesin kendaraan dan mengurangi emisi gas buang berbahaya.
Hari
ini masih melihat begitu banyak ketamakan yang terjadi di
sekitar. Orang-orang berlomba untuk menjadi kaya raya tanpa memikirkan banyak
orang miskin di sekitar mereka. Atas nama investasi masa depan, mereka menimbun
kekayaan, entah dalam bentuk tanah ataupun uang yang tidak bergerak dalam kurun
waktu yang sangat lama.
Di aras global, kita juga bisa menyaksikan bagaimana
rakusnya beberapa manusia dalam mengakumulasi kekayaan. Setiap hari kita dirong-rong oleh produk-produk baru dari luar
negeri yang muncul di televisi, koran, baliho-baliho di tengah kota, hingga
selebaran-selebaran yang ada di WC umum. Perusahaan makanan mengajari anak-anak
untuk makan sereal manis yang tidak baik bagi kesehatan gigi mereka. Dari tahun
1967 Freeport masih mengeksploitasi tanah Papua hingga hari ini. Beberapa orang
bisa membeli gadget lima kali dalam setahun.
Perusahaan-perusahaan mobil berkampanye merugikan transportasi umum. Dan
kesemuanya tentu adalah sebuah bentuk pemborosan energi (baik dilihat dari sisi
modalnya ataupun konsumsinya). Sadarkah kita saat ini? Sebenarnya telah sadar apa saja perlakuan
kita terhadap alam, namun niat dan penerapan kesadaran kita kurang karena
dililit oleh kesibukan. Kita juga menyadari bahwa Tuhan menyediakan untuk manusia, namun satu
keadaan yang kebanyakan kita kurang menyadari, yaitu Allah menyediakan alam
secara terbatas.Secara nasional dan dunia,
manusia menyadari itu sehingga ada strategi perebutan sumber alam, seperti
minyak di Irak, batu bara, dan sebagainya.
Pemborosan konsumsi
energi secara tidak sengaja terus kita lakukan, seperti konvoi, menghidupkan
lampu disiang hari, membuang dan membakar sampah, dan sebagainya. apakah kita
adil dengan alam? Beberapa waktu ini, pemerintah berencana menggalakkan hemat
energi sebagai langkah awal menyikapi krisis energi global. Rencana ini sangat
baik jika kita menyikapinya, namun keadaan politik dan sosial di Indonesia
yang ruwet, ribet, dan berbelit-belit membuat
kita pesimistis atas pelaksanaan kebijakan tersebut. Hemat energi bukan sekadar
kebijakan saja, tapi harus menjadi budaya masyarakat sehingga diperlukan
langkah strategis melalui teknologi, wadah, komunitas, ataupun lainnya sehingga
perluasan persuasi hemat energi dapat terlaksana.
Upaya yang harus dilakukan
untuk melawan krisis energi, adalah :
1.
Mengoptimalkan
penggunaan energi yang sekarang masih ada. Selain bisa mengurangi biaya
produksi, optimalisasi ini bisa membantu mengurangi konsumsi energi secara
Nasional.
2.
Mempelajari
kemungkinan penggunaan teknologi-teknologi produksi alternatif yang dirancang
khusus guna menghadapi krisis energi yang akan menghadang di depan
mata seperti mesin-mesin produksi yang menggunakan
bahan bakar energi terbaharui yang disebutkan terdahulu. Hal ini sangat penting
dilakukan seperti dengan mengikuti perkembangan riset dan teknologi, seminar
sejenis dan pelatihan untuk menjamin kelangsungan produksi di pasca krisis
energi nantinya. Keberadaan dan peran pusat-pusat penelitian nasional dan
daerah khususnya di bidang energi terbaharui dan tekhnik mesin produksi
terbaharui sangat menentukan sekali dalam rangka mengantisipasi krisis energi
ini.
3.
Berusaha
mengkampanyekan dan menginformasikan kepada relasi dan kerabat tentang fenomena
Krisis Energi ini dan bagaimana seharusnya menyikapinya.
Namun
adapun faktor penghambat dalam
upaya mengatasi krisis energi. Sebagai contoh ketika para petani mulai menanam
pohon jarak, kemudian setelah panen dan diolah menjadi biofuel, ternyata harga
biofuel tidak bisa bersaing karena harga BBM lebih murah. Bahkan bijinya saja
hanya dihargai 1000 Rupiah/kg. Konsumen memilih membeli BBM bersubsidi,
sehingga petani pohon jarak merugi. Dampak lain yang dihasilkan dari
disubsidinya BBM oleh pemerintah adalah terkurasnya anggaran belanja pemerintah
yang dipakai untuk meng impor BBM, sehingga tidak ada dana untuk mengembangkan
energi lain, minimnya pembangunan infrastruktur (terutama pembangunan
transportasi umum yang baik). Selain itu terjadi disparsitas harga di dalam dan
diluar negeri yang mengakibatkan adanya penyelundupan BBM keluar negeri oleh
mafia minyak.
Tidak bijaksana jika kita
masih menggantungkan pemakaian energi kepada minyak, apalagi mensubsidinya.
Mengingat kita bukan Negara yang kaya akan minyak bumi. Persediaan minyak kita
sangat terbatas dan minyak merupakan sumber energi yang mahal. Bahkan Iran yang
kaya dengan minyak (cadangan terbukti 138,4 milyar barel dan produksi 4,4 juta
barel/hari pada tahun 2007), berusaha untuk menggunakan nuklir untuk listrik,
BBG untuk transportasi, LPG dan gas kota untuk keperluan rumah tangga
(memasak). Iran berusaha untuk mengexpor minyak sebanyak mungkin, karena hal
tersebut yang paling menguntungkan.
Sebaiknya, subsidi BBM dialihkan ke
subsidi pengembangan energi alternatif (gas, CBM, batubara kualitas rendah,
panas bumi, biomass, microhydro, dan lain lain). Disamping ketidakpastian
tinggi minyak juga sangat tergantung pada impor. Sedangkan energi alternatif ketidakpastiannya
lebih rendah, lebih murah dari minyak (kalau tidak disubsidi) dan tersedia di
dalam negeri sehingga lebih mandiri.
Energi adalah kebutuhan pokok
dan bagian ketahanan nasional. Sebagai bagian
masyarakat dunia, saya juga menyadari keserakahan yang telah kita dilakukan.
Krisis energi yang kita alami saat ini tidak lepas dari keserakahan dan
ketidaksensitivitas kita. Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah, mengapa
masih menggantungkan kebutahan energi dengan negara lain? Jawabannya karena sumber
daya alam kita banyak diekploitasi dan diekspor ke maca negara.
Kita masih minim teknologi karena pemikiran menuruti
dinamika belum sepenuhnya membudaya, baik dikalangan mahasiswa maupun komponen
masyarakat lainnya. Sebagai mahasiswa, sikap menuruti dinamika adalah langkah
awal kita untuk membangun sensitivitas terhadap alam, baik melalui ilmu
pengetahuan, teknologi, maupun sosial. Mahasiswa adalah komponen masyarakat
penting dalam menyikapi kebutuhan energi nasional maupun internasional sehingga
kita tidak semena-mena terhadap alam.
Masyarakat
adalah following partisipant yang selalu mengikuti
kondisi dan kebijakan. Mereka juga sebagai konsumen energi sehingga fokus utama
(selain pengembangan teknologi, sosial, dan ilmu pengetahuan) dalam penerapan
hemat energi. Pemerintah adalah pemimpin pasukan dalam menghadapi krisis dan
sikap terhadap energi kesinambungan.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam mengatasi krisis energi di Indonesia tidak cukup bila
hanya mengandalkan satu sumber energi alternatif saja, kita harus bisa
menemukan banyak sumber energi alternatif yang terbarukan agar pasokan bahan
bakar dan listrik untuk dalam negeri bisa terjamin keberadaanya.
Hemat
energi adalah langkah awal dan sensitivitas terhadap energi adalah langkah
menunjang penggalangan hemat (pengembangan Ilmu Pengetahuan, teknologi, dan
sosial). Lanjutkan dan segera terapkan secara maksimal strategi Konservasi dan
Diversifikasi Energi untuk Indonesia dan dunia. Tapi ekonomi
berorientasi pertumbuhan jelas tidak tepat, yang berbasis pemerataan pun juga
masih kurang tepat, yang lebih tepat adalah ekonomi yang berbasis pada
ketidakserakahan. Dan terakhir, mengingat apa yang dikatakan oleh Mahatma
Gandhi bahwa “Alam semesta pasti cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, tapi
ia tidak akan cukup untuk memenuhi keserakahan manusia”.
Apapun yang dipilih, manusia sejak saat ini
diharapkan berkembang dengan memikirkan keseimbangan antara ekonomi, energi dan
lingkungan, agar dapat hidup di ruang bumi yang terbatas. Tapi semua sudah diciptakan oleh Tuhan, tidak ada yang bisa
melawan kehendaknya. Manusia hanya berusaha menjaga bumi ini menjadi lama
bertahan. Walau kita tahu semua, bahwa suatu ketika Bumi pasti akan hancur.
3.2 Saran
Diharapkan
masyarakat dapat beralih dari
kesumber daya alternatif, selain itu penggunaan sumber daya alternatif ini akan membuka
lapangan usaha yang dapat menampung tenaga kerja dan penggunaan sumber daya alternatif
ini juga ramah lingkunngan. Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah
ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis
juga mengharapkan kritik dan saran guna
peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/10/03/jika-energi-itu-kekal-mengapa-ada-krisis-597332.html
http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Energi%20dan%20Listrik%20Pertanian/MATERI%20WEB%20ELP/Bab%20I%20PENDAHULUAN/indexPENDAHULUAN.htm
http://www.slideshare.net/rahadianFebri/menghadapi-krisis-energi-di-indonesia
http://www.slideshare.net/rahadianFebri/menghadapi-krisis-energi-di-indonesia
Budiarto, Rachmawan.2012.Kebijakan
Energi Menuju Sistem Energi yang
Berkelanjutan. Jakarta:
Gramedia
Indirasardjana, Pria.2014.2020 Indonesia dalam Krisis
Minyak Nasional.Jakarta: Gramedia
Parker,
Russ.2011.Krisis Energi.Jakarta:
Gramedia
take a credit~ jangan copy paste!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar