Jumat, 02 Januari 2015

TUGAS ISBD : MASYARAKAT DAN KRISIS ENERGI

KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga saya sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Masyarakat dan Krisis Energi “ ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi penilaian tugas dalam mata kuliah Ilmu Sosial Budaya di bidang Softskill dengan judul “ Masyarakat dan Krisis Energi “. Makalah ini ditunjang dengan adanya pembahasan dan studi kasus, yang bertujuan untuk memperlengkap pemahaman makalah sesuai dengan tema. Semua terjabarkan secara lengkap dan tidak meniggalkan aspek lingkungan sekitar yang berhubungan dengan makalah yang telah disusun.
Akhirnya kami berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi peningkatan pembelajaran dan penambahan ilmu pengetahuan untuk mahasiswa yang lain.  Penulisan makalah ini tidak sepenuhnya sempurna, maka dari itu penulis sangat  memerlukan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakan isi makalah.
            Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga penulisan laporan ini berguna bagi para pembaca dan khususnya penulis sendiri.






BAB  I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang

Energi erat kaitannya dengan alam dan teknologi. Dari alamiah energi dihasilkan dan degan teknologi energi akan dapat digunakan secara optimal. Saat ini kebutuhan eergi sangat meningkat, hal ini di pengaruhi adanya peningkatan pertambahan penduduk dan aktivitas manusia. Kesetidakseimbangan permintaan dan penawaran pertambahan penduduk dan pesatnya industrialisasi dunia, mengakibatkan tersedotnya cadangan energi, khususnya energi fosil yang merupakan sumber energi utama dunia.
            Banyak negara di dunia yang sudah mulai sadar dan khawatir akan krisis energi yang mengerikan ini. Kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi belakangan ini telah memberikan dampak yang sangat luas diberbagai sektor kehidupan. Seluruh dunia saat ini mengalami krisis energi. Menurut hasil penelitian, benua pertama yang kehabisan produksi minyak yaitu benua Eropa dan Amerika, disusul Asia dan Afrika (terakhir Timur Tengah). Usaha-usaha yang dilakukan para ahli energi dan lembaga-lembaga penelitian energi terbaharui (“renewable energy”) diprediksi tidak akan mampu mengimbangi kekurangan kebutuhan energi yang bakal terjadi. Sehingga tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh kecuali dua hal utama yaitu gerakan penghematan energi dan program penemuan sumber energi baru. Dua program besar inilah saat ini menjadi perhatian besar bagi beberapa Negara maju seperto Jepang, Amerika, Jerman, dan lain-lain. Krisis energi ini juga dialami oada negara Indonesia. Banyaknya pendudukan Indonesia yang memanfaatkan BBM baik untuk kebutuhan pribadi maupun industri penduduk Indonesia yang memanfaatkan BBM baik kebutuhan pribadi maupun industri. Sehingga terjadinya kelangkaan dan meningkatnya harga BBM di Indonesia.
Mengapa krisis energi ini bisa terjadi? Salah satu penyebabnya adalah terlalu besarnya ketergantungan penyediaan energi Indonesia pada bahan bakar minyak. Saat ini, sebagian besar sumber energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal dari energi fosil, seperti minyak bumi dan batu bara. Sedangkan bila dilihat dari sisi supply, sumur-sumur minyak yang ada di Indonesia sudah sangat tua dan tidak layak lagi untuk dioperasikan. Ditambah lagi dengan semakin berkurangnya kegiatan eksplorasi menyebabkan semakin berkurangnya produksi minyak Indonesia. Penurunan kapasitas produksi ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1995, dengan penurunan tercepat terjadi sekitar tahun 2002.
Melihat permasalahan krisis energi itu, harus ada penanganan yang lebih terarah agar krisis energi yang terjadi tidak semakin parah,  karena ketika sumber energi tidak dapat diperoleh lagi maka banyak proyek-proyek industri, kegiatan pendidikan, sosial dan lain sebagainya yang akan terhambat. 

BAB II
RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan energi?
2.      Bagaimana hubungan manusia dengan energi?
3.      Apa yang dimaksud dengan Krisis Energi?
4.      Mengapa energi itu penting?
5.      Jika Energi itu Kekal, mengapa ada Krisis?
6.      Sebenarnya krisis energi itu salah siapa?
7.      Apa saja dampak krisis energi?
8.      Bagaimana kondisi energi di Indonesia?
9.      Bagaimana situasi energi di Indonesia?
10.  Apa potensi sumber energi terbaru di alam Indonesia ?
11.  Sumber energi apa yang berpotensi menggantikan peran minyak bumi?
12.  Bagaimana bisa Bahan Bakar Nabati bisa di gunakan mengatasi Krisis Energi?
13.  Bagaimana bentuk pemborosan energi yang terjadi?
14.  Bagaimana solusi menanggulangi krisis energi?
15.  Apa saja faktor penghambat dalam upaya mengatasi krisis energi?
16.  Bagaimana sikap manusia saat ini dalam penggunaan energi?
17.  Bagaimana tanggapan manusia terhadap energi saat ini?
18.  Apa saja sikap manusia yang seharusnya dilakukan?
19.  Bagaimana konsekuensi hemat energi?
20.  Bagaimana kondisi masa depan terhadap dampak krisis energi?



BAB III
PEMBAHASAN


A.   Pengertian Energi
Kata energi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang berarti kerja. Jadi, energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. Energi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan di alam ini, terutama bagi kehidupan manusia, karena segala sesuatu yang kita lakukan memerlukan energi.
Energi di alam ini tersedia dalam berbagai bentuk, misalnya energi kimia, energi listrik, energi kalor, dan energi cahaya. Energi akan bermanfaat jika terjadi perubahan bentuk dari suatu bentuk energi ke bentuk lain. Sebagai contoh, setrika listrik akan bermanfaat jika terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kalor.


B.     HUBUNGAN MANUSIA DAN ENERGI
Terdapat hubungan yang erat antara manusia dengan energi. Manusia sampai dengan revolusi industri hanya menggunakan sebagian kecil energi yang ada di alam yang disebut energi terbarukan (renewable energy). Sejak revolusi industri, dimungkinkan pemakaian energi dalam jumlah besar yang berasal dari batubara. Memasuki abad 20 pemakaian energi minyak bumi semakin meluas, dan akhir-akhir ini gas alam dan tenaga nuklir telah dimanfaatkan untuk menopang kebutuhan energi dalam jumlah besar. Masa setelah revolusi industri dapat disebut sebagai era penggunaan energi atau bahan bakar fosil seperti gas alam, minyak bumi dan batubara dalam jumlah besar, yang sampai saat inipun masih berlanjut.
Meningkatnya aktivitas manusia dan besarnya tuntutan untuk mendapatkan kepraktisan dan kenyamanan hidup manusia, berakibat pada meningkatnya konsumsi energi. Dengan alasan itulah sampai saat ini, permasalahan kebutuhan energi menjadi alasan bangsa-bangsa di dunia untuk berperang. Di sisi lain, ada gerakan untuk meninjau kembali hubungan antara manusia dengan energi, karena muncul kekhawatiran akan terjadi kerusakan lingkungan bumi akibat konsumsi energi dalam skala besar. Di abad 22 diperkirakan akan terjadi kelangkaan bahan bakar fosil, karena itu perlu dilakukan usaha pengembangan energi untuk menggantikan bahan bakar tersebut.
Agar dapat hidup di ruang bumi yang terbatas, manusia dituntut untuk dapat mengembangkan secara seimbang antara ekonomi, energi dan lingkungan.
C.     PENGERTIAN KRISIS ENERGI
Krisis energi adalah kekurangan (atau peningkatan harga) dalam persediaan sumber daya energy ke ekonomi . Krisis ini biasanya menunjuk kekurangan minyak bumi , listrik , atau sumber daya alam lainnya. Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam (energi) yang melimpah dan beraneka ragam jenisnya, baik yang terkandung di dalam laut maupun perut bumi Indonesia. Namun, kekayaan alam tersebut tidak dikelola dengan bijak dan terpadu. Sehingga kekayaan alam ini tidak bisa dinikmati secara murah/gratis oleh rakyatnya yang sebagian besar miskin.
Munculnya kelangkaan serta tiadanya jaminan ketersediaan pasokan minyak dan gas (Migas) di negeri sendiri, merupakan kenyataan paradoks dari sebuah negeri yang kaya sumber energi. Hal ini antara lain disebabkan tingginya ketimpangan antara produksi dan konsumsi energi nasional. Berdasarkan laporan Kementrian ESDM tahun 2009, rata-rata produksi minyak bumi dan kondensat sebesar 963.269 barel per hari (bph). Sedangkan laporan BP Migas, produksi minyak secara nasional pada tahun 2010 hanya naik pada kisaran 965.000 bph. Artinya terdapat angka kenaikan hanya 1.731 bph. Sementara kebutuhan konsumsi energi nasional sekitar 1.400.000 bph. Artinya terdapat selisih cukup tajam antara tingkat produksi yang ideal dengan kebutuhan. Selain itu, pesatnya pembangunan di bidang teknologi, industri, dan informasi memicu peningkatan kebutuhan masyarakat akan energi.

 JIKA ENERGI ITU KEKAL, MENGAPA TERJADI KRISIS ?
Dalam memahami krisis energi, umumnya orang awam menganggap ia adalah sebuah situasi di mana energi akan habis dalam beberapa tahun kedepan. Mulai dari pangan, migas, mineral, hingga ketersediaan air bersih. Hal ini disebabkan energi-energi tersebut telah habis dieksploitasi. Oleh karenanya dianjurkan untuk segera mencari sumber energi baru atau menemukan energi alternatif.
Perngertian barusan sebenarnya sudah bagus, hanya saja barangkali belum sepenuhnya tepat. Ada beberapa hal yang mungkin harus dikoreksi. Pertama, di dalam ilmu Fisika kita mengenal hukum Joule yang menyatakan bahwa energi itu bersifat kekal, ia tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, ia hanya dapat berubah. Ada dua jenis perubahan energi, yaitu perubahan fisikawi (energi hanya berubah wujud, namun tidak menghasilkan zat kimia baru. Misalkan dari kayu menjadi meja) dan perubahan kimiawi (energi berubah wujud sekaligus menghasilkan zat kimia baru. Misalkan dari premium kemudian menjadi gerak mobil dan asap knalpot). Seluruh kesatuan kosmos adalah energi, bahkan manusia sendiri juga bagian darinya (manusia terdiri dari zat protein, air, mineral,dan lain lain). Ketika manusia mati, energi-energi ini akan terurai dan kemudian kembali melekat pada energi-energi di dekatnya. Ini sekaligus meruntuhkan paradigma yang selama ini ada di Indonesia, bahwa ada energi yang tidak dapat diperbaharui. Semua energi sebenarnya bisa diperbarui. Namun ada yang waktunya lama dan ada yang sebentar.
Jika energi bersifat kekal, maka tidak tepat jika dikatakan ia bisa habis. Lalu jika energi tidak dapat habis, mengapa ada krisis? Krisis energi memang ada, namun berdasarkan pemahaman di atas, pengertian yang paling tepat untuk krisis energi sebenarnya adalah sebuah situasi di mana hilangnya keseimbangan antara alam dan manusia (disharmoni kosmos). Banyak pengamat dan ilmuwan yang memahami krisis energi seperti ini, namun masyarakat umum masih banyak yang tidak memahaminya dengan tepat.
Pada akhir abad 18, seorang ilmuwan bernama Thomas Malthus telah menyadari gejala ini. Dalam esainya yang berjudul “An Essay on the Principle of Population”, secara umum Malthus menjelaskan bagaimana terjadinya ledakan jumlah penduduk dunia yang tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah ketersediaan pangan. Singkat kata, inilah kemudian yang menyebabkan terjadinya krisis energi. Untuk menyelesaikannya, ia menyarankan dua solusi yaitu Preventive Check dan Positive Check.
Preventive Check adalah mewujudkan kembali keseimbangan kosmos dengan cara mengurangi tingkat kelahiran (di Indonesia sudut pandang ini tercermin dalam program KB, Keluarga Berncana). Sedangkan Positive Check adalah solusi dengan cara meningkatkan angka kematian. Malthus terlihat lebih sepakat dengan solusi kedua. Pada zaman itu statistik menunjukkan bahwa angka kelahiran di negara maju jauh lebih kecil daripada negara terbelakang. Malthus lalu buru-buru menyimpulkan bahwa kemiskinan lah yang menyebabkan tingginya angka kelahiran, dan kemudian ia menganggap bahwa tragedi kelaparan adalah sesuatu yang secara natural harus terjadi. Ia menentang peran pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan ini demi berlangsungnya proses Positive Check.
Metode analisa Malthus sebenarnya sudah tepat. Ia mencoba melihat dan menyelesaikan persoalan ini dengan memisahkan subjek dan objek (manusia dan alam), dan kemudian menitikberatkan persoalan kepada manusia -karena alam memang cenderung pasif-. Kesalahan Malthus adalah ia terlalu buru-buru menyimpulkan bahwa tragedi kelaparan secara natural harus terjadi. Ia tidak beripikir bahwa sebenarnya di dunia ini ada sebagian manusia yang mengeksploitasi dan mengkonsumsi energi secara boros dan berlebihan. Kala itu, kapitalisme tengah memulai proyek besarnya melalui Revolusi Industri, yang kemudian melahirkan ketimpangan kekayaan.
KRISIS ENERGI, SALAH SIAPA?
“Tanpa energi tanpa kehidupan”. Kutipan ini adalah hukum alam yang dibuat oleh Tuhan yang bersifat azali. Sebagai manusia, kita hanya berjalan atas kehendak dan pengaturan-Nya, termasuk dalam pemenuhan energi. Keadaan dunia yang telah mengalami krisis energi akibat keserakahan dan konspirasi menjadi salah satu dampaknya atas pengaturan Tuhan Yang Maha Esa. Kemiskinan, kriminalitas, perang, dan sebagainya merajalela akibat dari sebaran dampak kesalahan manusia yang tidak memahami takdir azali.
Dari rentetan dekade peralihan energi, sebagian banyak masyarakat dunia hanya berkoar mencari alternatif sumber baru untuk pemenuhan kebutuhan. Sadarkah kita bahwa alam dibuat Tuhan untuk manusia sebagai khalifah? Satu hal yang kita lupakan adalah alam hidup berdampingan dengan kita. Lingkaran hubungan manusia, alam, dan Tuhan perlu disadari oleh kita agar kita bertindak sesuai aturan Tuhan. Dengan alam, kita boleh mengeksploitasinya untuk kemaslahatan dunia dengan perlakuan yang benar, seperti tidak boros mengonsumsi alam, menjaga kondisi lingkungan, dan sebagainya. Dengan Tuhan, selalu ingat dengan-Nya dan tetap dijalur yang telah ditetapkan.


D.     DAMPAK KRISIS ENERGI
Dampak yang ditimbulkan dari krisis energi ini sudah mulai terasa di kalangan masyarakat. Khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah. Krisis bahan bakar berbasis fosil ini telah berdampak pada melonjaknya harga bahan bakar. Tidak berhenti di situ saja. Akibat melonjaknya harga bahan bakar dengan berbagai macam produk turunannaya harga sembako ikut melambung. Akhirnya beban masyarakat semakin berat. Nasib masyarakatpun semakin menderita. Krisis Energi BBM sangat meresahkan masyarakat. Krisis Energi ini menimbulkan kelangkaan dan naiknya harga BBM.
Dampak dari krisis BBM dapat dirasakan disegala sektor. Salah satu masalah terbesar yang muncul dari dinaikkannya harga BBM adalah kekhawatiran akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi karena dampak kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi akibat komponen biaya yang naik. Dampak-dampak yang ditimbulkan dari krisis energy BBM saling berkesinambungan. Krisis energi ini mengakibatkan kenaikan harga BBM yang sangat menekan kesejahteraan buruh. Sebab kenaikan BBM sebesar 35% itu tidak hanya meningkatkan beban ongkos transportasi tetapi juga biaya kebutuhan makanan pokok dan biaya sewa rumah. Adanya kenaikan BBM bukan hanya ongkos transportasi yang naik, tetapi juga biaya rumah dan sembako juga otomatis naik. Daya beli buruh akan semakin turun.
Dampak kenaikan BBM lebih besar adalah saat industri mengalami gulung tikar atau kolaps sebagai akibat penurunan daya beli masyarakat dan bertambahnya biaya produksi. Terjadi peningkatan jumlah pengangguran nasional, akibat maraknya pabrik-pabrik dan perusahaan yang memutuskan hubungan kerja para karyawannya. Otomatis jumlah orang miskin semakin membengkak.  Akibatnya kesempatan berinvestasi dalam bentuk infrastruktur dan pembangunan nonfisik, termasuk kesehatan dan pendidikan, menjadi lebih sedikit. Tidak hanya berakibat pada sisi ekonomi tetapi lebih dari itu dampak social akan merejalela. Rakyat yang sudah miskin akan dimiskinkan dengan ketidakmampuan mereka mencari nafkah hidup. Harga-harga barang akan mengikuti kenaikan harga BBM.
Kebutuhan rumah tangga akan menanjak mengikuti harga penunjang transportasi. Semua barang, kebutuhan harian, sayur mayur, buah, dan komoditi pertanian juga akan naik. Hasil-hasil kerajinan masyarakat juga tidak lepas dari itu karena bahan dasar pasti akan naik. Belum lagi kaum petani akan menjerit karena kenaikan pupuk dan obat- obatan. Selain itu kenaikan BBM akan memicu bidang-bidang lain untuk menaikkan biaya. Pendidikan misalnya, karena beban operasional yang tinggi mungkin juga akan menggenjot biaya agak tinggi. Itu semua karena para guru, terutama guru swasta juda sebagai korban kenaikan BBM itu.

E.     KONDISI CADANGAN ENERGI DAN SITUASI ENERGI DI INDONESIA

Krisis energi yang terjadi di dunia juga terjadi di Indonesia. Cadangan energi di indonesia terutama energi fosil (minyak bumi, batubara) semakin hari semakin menyusut. Hal ini juga diperparah dengan pemborosan dalam penggunaan energi fosil. Penduduk yang semakin meningkat juga menyebabkan ketersediaan akan energi fosil semakin berkurang karena konsumsi energi per kapita akan meningkat.
Pada akhirnya produksi minyak akan lebih rendah jika dibandingkan dengan konsumsinya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya krisis energi. Pemanasan global saat ini telah menjadi isu dunia dimana penyebabnya adalah semakin banyaknya kandungan CO2 di udara. Hal ini tidak lain disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan dan tanpa kendali. Untuk mengurangi emisi gas CObisa dengan cara membatasi penggunaan energi fosil.
Berdasarkan Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE) dari Departemen Pertambangan dan Energi, sifat dari minyak bumi dan gas alam yang tidak terbarukan (non renewable) serta cadangan di dalam bumi kita diperkirakan akan menurun, oleh karena itu pemerintah terus berusaha menggalakkan usaha-usaha penghematan energi dan pengembangan sumber energi alternatif.

F.      POTENSI SUMBER ENERGI TERBARUKAN DI ALAM INDONESIA

Indonesia mempunyai potensi sumber energi terbarukan yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai sumber energi alternatif pengganti energi fosil yang produksinya telah menurun. Sumber energi terbarukan yang dapat dikembangkan antara lain adalah surya, angin, air, laut, dan biomassa. Namun pada kenyataanya pemanfaatan sumber-sumber energi tersebut masih belum maksimal. Sosialisasi yang kurang dan penggunaan teknologi cukup rumit menyebabkan sumber-sumber energi terbarukan belum dapat digunakan secara maksimal. Peta sebaran sumber energi yang ada di Indonesia dapat dilihat pada http://re.djlpe.esdm.go.id/re/.
Pemanfaatan energi terbarukan sebagai sumber energi baru yang terbarukan sangat tergantung dari teknologi dan cara konversinya. Cara konversi yang berbeda akan mempengaruhi jenis energi yang akan dihasilkan. Untuk menghasilkan suatu energi yang bisa digunakan tidak harus menggunakan teknologi yang rumit.
Pada umumnya sumber-sumber energi terbarukan tersedia di berbagai lokasi, sehingga cukup baik untuk dimanfaatkan pada daerah-daerah yang masih sulit terjangkau oleh pasokan energi konvensional.  Akan tetapi ketersediaanya tidak kontinyu terhadap waktu sehingga perlu dilakukan penyimpanan energi atau kombinasi antara sumber-sumber energi tersebut.   Selain itu kebutuhan luas lahan untuk "memanen" energi terbarukan relatif luas per satuan jumlah energi yang dapat diekstrak.  Namun demikian, untuk kebutuhan yang tidak terlalu tinggi energi terbarukan tetap sangat berpotensi untuk dimanfaatkan.  Polusi yang dihasilkannya pun relatif rendah dibandingkan dengan sumber yang tak terbarukan.  Bahkan sumber energi terbarukan merupakan sumber energi masa depan.
Berdasarkan kebijakan Amerika Serikat tentang sumber energi, ada 8 sumber energi alternatif yang berpotensi untuk menggantikan peran minyak bumi, sebagai berikut :
1. Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alcohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahan bakar ini dapat dicampur dengan bensin untuk meningkatkan kadar oktan dan kualitas emisi. Namun, ethanol memiliki dampak negative terhadap harga pangan dan ketersediannya.
2. Gas Alam
Gas alam sering juga disebut sebagai gas Bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana (CH 4 ). Gas alam sudah banyak digunakan di berbagai negara yang biasanya untuk bidang properti dan bisnis. Jika digunakan untuk kendaraan, emisi yang dikeluarkan akan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan minyak. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas.
3. Listrik
Listrik adalah kondisi dari partikel subatomik tertentu, seperti elektron dan proton , yang menyebabkan penarikan dan penolakan gaya di antaranya. Listrik adalah sumber energy yang disalurkan melalui kabel. Listrik dapat digunakan sebagai bahan bakar transportasi, seperti baterai. Tenaga listrik dapat diisi ulang dan disimpan dalam baterai. Bahan bakar ini menghasilkan tenaga tanpa ada pembakaran ataupun polusi, namun sebagian dari sumber tenaga ini masih tercipta dari batu bara dan meninggalkan gas karbon.
4. Hidrogen
Hidrogen (bahasa Latin : hydrogenium , dari bahasa Yunani : hydro : air, genes:  membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom 1. Hidrogen dapat dicampur dengan gas alam dan menciptakan bahan bakar untuk kendaraan. Hidrogen juga digunakan pada kendaraan yang menggunakan listrik sebagai bahan bakarnya. Walaupun begitu, harga untuk penggunaan hidrogen masih relatif mahal.
5. Propana
Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas dalam keadaan normal.  Sumber tenaga ini sudah banyak digunakan sebagai bahan bakar. Propana menghasilkan emisi lebih sedikit dibandingkan bensin, namun penciptaan metananya lebih buruk 21 kali lipat.
6. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono- alkyl ester dari rantai panjang asam lemak , yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti tumbuhan (minyak sayur ) atau lemak Hewan. Biodiesel mengurangi polusi yang ada, akan tetapi terbatasnya produk dan infrastruktur menjadi masalah pada sumber energi ini.
7. Methanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH. Ia digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additive bagi etanol industri. Methanol dapat menjadi energi alternative yang penting di masa depan karena hidrogen yang dihasilkan dapat menjadi energi juga. Namun, sekarang ini produsen kendaraan tidak lagi menggunakan methanol sebagai bahan bakar.
8. P-Series
P-series merupakan gabungan dari ethanol, gas alam, dan metyhltetrahydrofuran (MeTHF). P-series sangat efektif dan efisien karena oktan yang terkandung cukup tinggi. Penggunaannya pun sangat mudah jika ingin dicampurkan tanpa ada proses dengan teknologi lain. Akan tetapi, hingga sekarang belum ada produsen kendaraan yang menciptakan kendaraan dengan bahan bakar fleksibel. Bahan bakar alternatif ini beroktan tinggi sehingga sangat efektif dan efisien untuk kendaraan bermotor .
Selain itu di tengah – tengah bergemingnya masalah krisis energi di tanah air, Bahan Bakar Nabati (BBN) hadir sebagai sebuah solusi tepat dalam menangani masalah tersebut. Biodiesel, bioetanol, biogas dan briket yang akhir – akhir ini mulai ditemukan oleh kaum intelek telah membuka asa dan harapan bagi Indonesia untuk segera bangkit dari masalah krisis energi. Manfaat dari BBN pun ini ternyata cukup menjanjikan untuk masa depan Indonesia kelak. Dengan adanya BBN ini, tidak hanya masalah krisis energi yang teratasi, tetapi juga masalah kemiskinan, keterbatasan bahan baku SDA yang selanjutnya diolah menjadi bahan bakar, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam yang kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat dengan tujuan meningkatkan nilai tambah dan mutunya serta manfaat lainnya yaitu dapat menciptakan generasi penerus yang kristis menghadapi tantangan dunia, kreatif dan inovatif dalam menemukan penemuan – penemuan baru yang berguna bagi Bangsa Indonesia di kemudian hari.
Pada dasarnya, bahan baku utama dari BBN tersebar luas hampir di seluruh wilayah Indonesia karena ntayanya Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah. Dengan demikian, BBN mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan bahan baku BBM. Biodiesel yang fungsinya dapat menggantikan solar sebagai bahan bakar kendaraan bermesin diesel seperti truk angkutan berat dapat dibuat dari tanaman jarak pagar, minyak jelantah yang sudah tidak layak pakai, kelapa, sirsak, srikaya, kapuk dan alga.
Lain halnya dengan bioetanol, bahan bakar ini bisanya dicampurkan dengan bahan bakar bensin untuk meningkatkan bilangan oktan seperti zat aditif Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE) dan Tetra Ethyl Lead (TEL) sehingga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran mesin kendaraan dan mengurangi emisi gas buang berbahaya.


 Hari ini masih melihat begitu banyak ketamakan yang terjadi di sekitar. Orang-orang berlomba untuk menjadi kaya raya tanpa memikirkan banyak orang miskin di sekitar mereka. Atas nama investasi masa depan, mereka menimbun kekayaan, entah dalam bentuk tanah ataupun uang yang tidak bergerak dalam kurun waktu yang sangat lama.
Di aras global, kita juga bisa menyaksikan bagaimana rakusnya beberapa manusia dalam mengakumulasi kekayaan. Setiap hari kita dirong-rong oleh produk-produk baru dari luar negeri yang muncul di televisi, koran, baliho-baliho di tengah kota, hingga selebaran-selebaran yang ada di WC umum. Perusahaan makanan mengajari anak-anak untuk makan sereal manis yang tidak baik bagi kesehatan gigi mereka. Dari tahun 1967 Freeport masih mengeksploitasi tanah Papua hingga hari ini. Beberapa orang bisa membeli gadget lima kali dalam setahun. Perusahaan-perusahaan mobil berkampanye merugikan transportasi umum. Dan kesemuanya tentu adalah sebuah bentuk pemborosan energi (baik dilihat dari sisi modalnya ataupun konsumsinya). Sadarkah kita saat ini? Sebenarnya telah sadar apa saja perlakuan kita terhadap alam, namun niat dan penerapan kesadaran kita kurang karena dililit oleh kesibukan. Kita juga menyadari bahwa Tuhan menyediakan untuk manusia, namun satu keadaan yang kebanyakan kita kurang menyadari, yaitu Allah menyediakan alam secara terbatas.Secara nasional dan dunia, manusia menyadari itu sehingga ada strategi perebutan sumber alam, seperti minyak di Irak, batu bara, dan sebagainya.
Pemborosan konsumsi energi secara tidak sengaja terus kita lakukan, seperti konvoi, menghidupkan lampu disiang hari, membuang dan membakar sampah, dan sebagainya. apakah kita adil dengan alam? Beberapa waktu ini, pemerintah berencana menggalakkan hemat energi sebagai langkah awal menyikapi krisis energi global. Rencana ini sangat baik jika kita menyikapinya, namun keadaan politik dan sosial di Indonesia yang ruwetribet, dan berbelit-belit membuat kita pesimistis atas pelaksanaan kebijakan tersebut. Hemat energi bukan sekadar kebijakan saja, tapi harus menjadi budaya masyarakat sehingga diperlukan langkah strategis melalui teknologi, wadah, komunitas, ataupun lainnya sehingga perluasan persuasi hemat energi dapat terlaksana.
Upaya yang harus dilakukan untuk melawan krisis energi, adalah :
1.      Mengoptimalkan penggunaan energi yang sekarang masih ada. Selain bisa mengurangi biaya produksi, optimalisasi ini bisa membantu mengurangi konsumsi energi secara Nasional.
2.      Mempelajari kemungkinan penggunaan teknologi-teknologi produksi alternatif yang dirancang khusus guna menghadapi krisis energi yang akan menghadang di depan
mata seperti mesin-mesin produksi yang menggunakan bahan bakar energi terbaharui yang disebutkan terdahulu. Hal ini sangat penting dilakukan seperti dengan mengikuti perkembangan riset dan teknologi, seminar sejenis dan pelatihan untuk menjamin kelangsungan produksi di pasca krisis energi nantinya. Keberadaan dan peran pusat-pusat penelitian nasional dan daerah khususnya di bidang energi terbaharui dan tekhnik mesin produksi terbaharui sangat menentukan sekali dalam rangka mengantisipasi krisis energi ini.
3.      Berusaha mengkampanyekan dan menginformasikan kepada relasi dan kerabat tentang fenomena Krisis Energi ini dan bagaimana seharusnya menyikapinya.
Namun adapun faktor penghambat dalam upaya mengatasi krisis energi. Sebagai contoh ketika para petani mulai menanam pohon jarak, kemudian setelah panen dan diolah menjadi biofuel, ternyata harga biofuel tidak bisa bersaing karena harga BBM lebih murah. Bahkan bijinya saja hanya dihargai 1000 Rupiah/kg. Konsumen memilih membeli BBM bersubsidi, sehingga petani pohon jarak merugi. Dampak lain yang dihasilkan dari disubsidinya BBM oleh pemerintah adalah terkurasnya anggaran belanja pemerintah yang dipakai untuk meng impor BBM, sehingga tidak ada dana untuk mengembangkan energi lain, minimnya pembangunan infrastruktur (terutama pembangunan transportasi umum yang baik). Selain itu terjadi disparsitas harga di dalam dan diluar negeri yang mengakibatkan adanya penyelundupan BBM keluar negeri oleh mafia minyak.
Tidak bijaksana jika kita masih menggantungkan pemakaian energi kepada minyak, apalagi mensubsidinya. Mengingat kita bukan Negara yang kaya akan minyak bumi. Persediaan minyak kita sangat terbatas dan minyak merupakan sumber energi yang mahal. Bahkan Iran yang kaya dengan minyak (cadangan terbukti 138,4 milyar barel dan produksi 4,4 juta barel/hari pada tahun 2007), berusaha untuk menggunakan nuklir untuk listrik, BBG untuk transportasi, LPG dan gas kota untuk keperluan rumah tangga (memasak). Iran berusaha untuk mengexpor minyak sebanyak mungkin, karena hal tersebut yang paling menguntungkan.
Sebaiknya, subsidi BBM dialihkan ke subsidi pengembangan energi alternatif (gas, CBM, batubara kualitas rendah, panas bumi, biomass, microhydro, dan lain lain). Disamping ketidakpastian tinggi minyak juga sangat tergantung pada impor. Sedangkan energi alternatif ketidakpastiannya lebih rendah, lebih murah dari minyak (kalau tidak disubsidi) dan tersedia di dalam negeri sehingga lebih mandiri.
Energi adalah kebutuhan pokok dan bagian ketahanan nasional. Sebagai bagian masyarakat dunia, saya juga menyadari keserakahan yang telah kita dilakukan. Krisis energi yang kita alami saat ini tidak lepas dari keserakahan dan ketidaksensitivitas kita. Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah, mengapa masih menggantungkan kebutahan energi dengan negara lain? Jawabannya karena sumber daya alam kita banyak diekploitasi dan diekspor ke maca negara.
Kita masih minim teknologi karena pemikiran menuruti dinamika belum sepenuhnya membudaya, baik dikalangan mahasiswa maupun komponen masyarakat lainnya. Sebagai mahasiswa, sikap menuruti dinamika adalah langkah awal kita untuk membangun sensitivitas terhadap alam, baik melalui ilmu pengetahuan, teknologi, maupun sosial. Mahasiswa adalah komponen masyarakat penting dalam menyikapi kebutuhan energi nasional maupun internasional sehingga kita tidak semena-mena terhadap alam.
Masyarakat adalah following partisipant yang selalu mengikuti kondisi dan kebijakan. Mereka juga sebagai konsumen energi sehingga fokus utama (selain pengembangan teknologi, sosial, dan ilmu pengetahuan) dalam penerapan hemat energi. Pemerintah adalah pemimpin pasukan dalam menghadapi krisis dan sikap terhadap energi kesinambungan.



BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam mengatasi krisis energi di Indonesia tidak cukup bila hanya mengandalkan satu sumber energi alternatif saja, kita harus bisa menemukan banyak sumber energi alternatif yang terbarukan agar pasokan bahan bakar dan listrik untuk dalam negeri bisa terjamin keberadaanya.
Hemat energi adalah langkah awal dan sensitivitas terhadap energi adalah langkah menunjang penggalangan hemat (pengembangan Ilmu Pengetahuan, teknologi, dan sosial). Lanjutkan dan segera terapkan secara maksimal strategi Konservasi dan Diversifikasi Energi untuk Indonesia dan dunia. Tapi ekonomi berorientasi pertumbuhan jelas tidak tepat, yang berbasis pemerataan pun juga masih kurang tepat, yang lebih tepat adalah ekonomi yang berbasis pada ketidakserakahan. Dan terakhir, mengingat apa yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi bahwa “Alam semesta pasti cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, tapi ia tidak akan cukup untuk memenuhi keserakahan manusia”.
Apapun yang dipilih, manusia sejak saat ini diharapkan berkembang dengan memikirkan keseimbangan antara ekonomi, energi dan lingkungan, agar dapat hidup di ruang bumi yang terbatas. Tapi semua sudah diciptakan oleh Tuhan, tidak ada yang bisa melawan kehendaknya. Manusia hanya berusaha menjaga bumi ini menjadi lama bertahan. Walau kita tahu semua, bahwa suatu ketika Bumi pasti akan hancur.

3.2 Saran
Diharapkan masyarakat dapat beralih dari kesumber daya alternatif, selain itu penggunaan sumber daya alternatif ini akan membuka lapangan usaha yang dapat menampung tenaga kerja dan penggunaan sumber daya alternatif ini juga ramah lingkunngan. Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga  mengharapkan kritik dan saran guna peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Rachmawan.2012.Kebijakan Energi Menuju Sistem Energi yang Berkelanjutan. Jakarta: Gramedia
Indirasardjana, Pria.2014.2020 Indonesia dalam Krisis Minyak Nasional.Jakarta: Gramedia

Parker, Russ.2011.Krisis Energi.Jakarta: Gramedia


take a credit~ jangan copy paste!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar